Minggu, 16 Mei 2010

Hakikat Pembelajaran Kontekstual

Cara untuk mencapai kompetensi sebagaimana yang disuratkan dalam uraian Kurikulum dan Hasil Belajar pada dokumen KBK sebaiknya direncanakan, dipilih, serta dipersiapkan baik-baik agar kegiatan bermakna, bermanfaat, dan menarik bagi siswa. Berbagai variasi teknik mengajar dan belajar dipilih dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi, serta kebutuhan pembelajar.
Bahan-bahan dan variasi teknik belajar/mengajar tersebut seharusnya bermanfaat bagi siswa dan bermakna dalam arti dapat menambah pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan awal siswa (prior knowledge) melalui pengalaman-pengalaman belajar mereka (constructivism). Hal yang perlu diperhatikan adalah guru dapat membawa siswa ke dalam situasi belajar yang dapat menghubungkan apa saja yang diperoleh di sekolah/kelas dengan apa yang ada di kehidupan nyata mereka. Dengan demikian, siswa akan merasakan dan menyadari manfaat belajar dengan pergi ke sekolah sebab mereka dapat membuktikan sendiri dan menemukan jawaban dalam menghadapi kehidupan di luar kelas yang penuh dengan masalah. Mereka dapat saling membantu dan berbagi pengalaman dalam kelompok masyarakat belajar (learning community), sehingga timbul keingintahuan (inquiry) dengan tidak melupakan untuk melakukan refleksi diri.
Pembelajaran secara kontekstual berhubungan dengan (1) fenomena kehidupan sosial masyarakat, bahasa, lingkungan hidup, harapan dan cita yang tumbuh, (2) fenomena dunia pengalaman dan pengetahuan murid, dan (3) kelas sebagai fenomena sosial. Kontekstualitas merupakan fenomena yang bersifat alamiah, tumbuh dan terus berkembang, serta beragam karena berkaitan dengan fenomena kehidupan sosial masyarakat. Dalam kaitannya dengan ini, maka pembelajaran pada dasarnya merupakan aktivitas mengaktifkan, menyentuhkan, mempertautkan; menumbuhkan, mengembangkan, dan membentuk pemahaman melalui penciptaan kegiatan, pembangkitan penghayatan, internalisasi, proses penemuan jawaban pertanyaan, dan rekonstruksi pemahaman melalui refleksi yang berlangsung secara dinamis. Sementara itu, belajar pada dasarnya merupakan proses menyadari sesuatu, memahami permasalahan, proses adaptasi dan organisasi, proses asimilasi dan akomodasi, proses menghayati dan memikirkan, proses mengalami dan merefleksikan,dan proses membuat komposisi dan membuka ulang secara terbuka dan dinamis. Itulah sebabnya landasan CTL adalah konsep konstruktivisme.

Strategi Penataan Isi Pembelajaran

Berikut ini adalah langkah-langkah penataan isi pembelajaran yang telah teruji sahih dapat meningkatkan perolehan belajar :

1. Penyajian kerangka isi.

Pembelajaran dimulai dengan penyajian kerangka isi; struktur yang memuat bagian – bagian yang paling penting dari isi/pesan yang akan diajarkan.

2. Elaborasi Tahap Pertama

Elaborasi tahap pertama adalah mengelaborasi tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi tiap-tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup isi yang baru saja diajarkan.

3. Pemberian Rangkuman dan Pensintesis Eksternal

Elaborasi tahap pertama, diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis eksternal. Rangkuman berisi penegertian-pengertian singkat mengenai konstruk-konstruk yang diajarkan dalam elaborasi, dan pensintesis eksternal menunjukkan (a) hubungan penting yangb ada antar bagian yang telah dielaborasi, dan (b) Hungan anatara bagian yang telah dielaborasi dengan kerangka isi.

4. Elaborasi Tahap Kedua

5. Pemberian rangkuman dan pensisntesis eksternal

6. Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan diintegrasikan kedalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang kembali untuk elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya, sesuai dengan tingkat kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pembelajaran

7. Pada tahp akhir pembelajaran , disajikan kembali keangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan

Sabtu, 08 Mei 2010

Kekuatan dan kelemahan Teori Perkembangan Kognitif

Kekuatan
1. Teori ini mengarahkan guru pada untuk mengenal struktur lognitif siswa secara individu sehingga dapat lebih mengembangkan kemampuan siswa
2. Teori ini juga menjelaskan tingkat perkembangan kognitif manusia mulai bayi hingga dewasa sehingga memudahkan untuk memilih pelajaran yang tepat bagi anak diusia tertentu
3. Teori ini cocok untuk mempelajari materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memcahan dan untuk berkreasi menciptakan sesuatu bentuk atau ide baru

Kelemahan
1. Teori ini dianggap lebih dekat kepada psikologi belajar daripada teori belajar, sehingga apli-kasinya dalam proses belajar menjadi tiak mudah
2. Teori ini dianggap sukar dipraktekkan secara murni sebab seringkali kita tidak mungkin memahami struktur kognitif tersebut menjadi bagian-bagian yang jelas batasannya. Sering juga pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa itu sudah terlalu kompleks untuk identifikasi secara tuntas, apabila hanya dengan menggunakan satu-dua pretest

Tahap Perkembangan Praremaja

Pada saat ini anak ditandai dengan sikap-sikap negatif pada diri remaja sehingga biasa disebut dengan fase negatif. Adapun sifat-sifat negative adalah :

A. Untuk anak perempuan ( Menurut H. Hetzer )

- Tidak tenang

- Kurang suka berkerja

- Suasana hati tidak baik, murung

- Nonsosial ( Menarik diri dan agresif terhadap masyarakat )

B. Untuk anak Laki-laki ( Menurut Ch. Buhler )

- Kurang suka bergerak

- Lekas lelah

- Kebutuhan untuk tidur besar

- Suasana hati tidak tetap

- Pesimistis